Pages

Labels

Selasa, 06 Januari 2015

REVIEW JURNAL AKUNTANSI



Judul                    : Influence of Ethical Position and Information Asymmetry on Transfer
Price Negotiations.

Pengarang            : Karen Green, Doctoral Candidate & Professor Benson Wier

Abstraksi             : 
This study examines the potential effect of ethical position (EP) on negotiation strategies and behaviors in an intra-firm setting. We demonstrate that EP moderates the relationship between information asymmetry and the initial transfer price during negotiations for individuals who are morally situational. Graduate business students participated in an experiment that randomized the level of information they could use in determining their initial asking price and their reservation price in a negotiation. This manipulation allows us to examine managements’ negotiation behavior when making an ethical judgment. Further, we relate their transfer price position to their EP that consists of two orthogonal factors, relativism and idealism. We find that access to the opposing division’s private information does not influence the initial transfer price position of those who are relatively idealistic. Contrary to our hypothesis, these results suggest that during transfer price negotiations, those who are more relativistic will have a smaller initial transfer price dispersion than those who are relatively idealistic. This study provides evidence that EP plays an important role in transfer price negotiation behaviors.

TUGAS 4 : MANAJEMEN LABA



Manajemen Laba

Definisi

Menurut Copeland  (1968 : 10), Manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajer. Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba adalah salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa 

Pola Manajemen Laba

Menurut Scott (2003) manajemen laba dilakukan dengan pola sebagai berikut :

1.    Taking A Bath
Pola manajemen laba yang melaporkan laba pada periode berjalan dengan nilai yang sangat rendah atau sangat tinggi.

2.    Income Minimization
Pola manajemen ini seperti taking a bath tapi tidak se-ekstrim pola taking a bath. Menjadikan laba di periode berjalan lebih rendah dari pada laba sesungguhnya.

3.    Income Maximization
Pola manajemen laba ini berkebalikan dengan income minimization. Melaporkan laba lebih tinggi dari pada laba sesungguhnya.

4.    Income Smoothing
Pola manajemen laba yang paling menarik yaitu dengan cara melaporkan tingkatan laba yang cenderung berfluktualisasi yang normal pada periode-periode tertentu.

Motivasi Terjadinya Manajemen Laba

Scott (2000:302) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba:

1.    Bonus Purposes
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara opportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba (Healey, 1985).
2.    Political Motivations
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
3.    Taxation Motivation
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan.
4.    Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan berusaha memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.

Motivasi lain manajemen laba dilihat dari sudut pandang akuntansi adalah karena ada dua keterbatasan para pengguna dalam menginterpretasi pelaporan keuangan. 

SUMBER: