Pages

Labels

Sabtu, 20 April 2013

Analisa Rasio Laporan Keuangan: Perhitungan Rentabilitas, Solvabilitas dan Likuiditas

Pengertian

Analisa rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan yang lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap suatu perusahaan tertentu. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan meramalkan reaksi para calon investor dan kreditur dapat ditempuh untuk memperoleh dana.

Contoh Perhitungan Rasio Rentabilitas, Solvabilitas, dan Likuiditas

1. Laporan Neraca Konsolidasian PT. Telekomunikasi Tbk. Dan Anak Perusahaan.














Laporan Laba Rugi PT Telekomunikasi Tbk.


  

Perhitungan Analisis Rasio Rentabilitas

Rentabilitas ekonomi merupakan perbandingan laba sebelum pajak terhadap total aset. Dapat diartikan bahwa ratio rentabilitas mengidentikasikan seberapa besar kemampuan aset  perusahaan untuk menghasilkan pendapatan.

Rumus:

=    Laba Bersih Sebelum Pajak
                Total Aktiva

Tahun 2009             Rp22.447.021       =  0.229486415 / 0.23
                                Rp97.814.160

Tahun 2010             Rp21.416.351       = 0.214682081 / 0.21
                               Rp99.758.447   

Rendahnya rentabilitas tergantung pada :

Operating Profit Margin
Menggambarkan apa yang biasanya disebut pure profit yang diterima atas setiap Rp dari penjualan yang dilakukan.

Rumus :     

Laba bersih sebelum pajak
           Penjualan

Tahun 2009         Rp22.447.021      =  0.331676185 / 0.33   = 33%
                           Rp67.677.518

Tahun 2010          Rp21.416.351     =  0.312058962 / 0.31   = 31%
                            Rp68.629.181    


Asset Turnover
Rasio yang biasanya digunakan untuk mengukur aset perusahaan untuk memperoleh pendapatan, makin cepat aset perusahaan berputar makin besar pendapatan perusahaan tersebut.

Rumus :

  Penjualan         
Total Aktiva

Tahun 2009                 Rp67.677.518   =  0,6918989847686674 / 0.70   = 7%
                                   Rp97.814.160 
                                                         

Tahun 2010                 Rp68.629.181   =  0,6879535825171777 / 0.69  = 69%
                                   Rp99.758.447   
                                                        


Perhitungan Analisis Ratio Solvabilitas

Menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial baik jangka waktu pendek atau panjang apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi.

Rasio solvabilitas terdiri dari:

Ratio Hutang Modal (Debt to Equity Ratio atau Ratio Leverage)
Menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang pada pihak luar dan digunakan untuk mengukur hingga sejuah mana perusahaan dibiayai oleh hutang.

Rumus:

Total Hutang
Total Modal

Tahun 2009              Rp48.228.553      = 1.24775506 / 1.25 = 125%
                                Rp38.652.260     

Tahun 2010             Rp43.343.664       =  0.975796748 /0.97
                              Rp44.418.742      

Analisis:
Pada tahun 2009, ratio hutang modal sebesar 125% yang diperoleh dari perbandingan total hutang sebesar Rp48.228.553  dengan penjualan sebesar Rp38.652.260 . Ini berarti perusahaan baru bisa menutupi hutang sebesar Rp 1.25

Pada tahun 2010 terjadi penurunan dari 125% pada tahun 2009 menjadi sebesar 97% pada tahun 2010 yang diperoleh dari perbandingan total hutang sebesar Rp43.343.664 dengan penjualan sebesar Rp44.418.742. Ini berarti perusahaan baru bisa menutupi hutang sebesar Rp0.97


Debt Ratio  
Menunjukan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva

Rumus:

Total Hutang
Total Aktiva

Tahun 2009              Rp48.228.553     = 0.4930631 / 0.5          =  5%
                               Rp97.814.160

Tahun 2010              Rp43.343.664     = 0.434486154 / 0.43     =  43%

                               Rp99.758.447 

Analisis
Dikarenakan Debt Ratio yang digambarkan oleh PT.Telkom semakin kecil,maka hutang yang dimiliki perusahaan pun semakin kecil dan ini berisiko finansial bahwa Pt Telkom. Tbk mengembalikan pinjaman yang semakin kecil pula.


Times Interest Earned / Coverage Ratio (Rasio Penutupan)
Rasio yang mencerminkan besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga hutang jangka panjang.

Rumus;

Laba Bersih Sebelum Bunga dan Pajak
                 Beban Bunga 

Tahun 2009        Rp22.447.021   = 10.70956899 / 10.70    = 1070%
                         Rp  2.095.978

Tahun 2010        Rp21.416.351    = 11.10786422 / 11.11   = 1111%
                         Rp  1.928.035


Analisis
Pada tahun 2009 ratio coverage PT Telkom Tbk yakni sebesar 1070% yang diperoleh dari perbandingan laba bersih sebelum bunga dan pajak sebesar Rp22.447.021 dengan beban bunga sebesar Rp2.095.978.

Pada tahun 2010 ratio coverage PT Telkom mengalami kenaikan dari 1070%  pada tahun 2009 menjadi 1111% pada tahun 2010 yang diperoleh dari perbandingan dari laba bersih sebelum bunga dan pajak sebesar Rp21.416.351 dengan beban bunga sebesar Rp1.928.035


Perhitungan Analisis Ratio Likuiditas
Menunjukan besarnya kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo.

Current Ratio

Rumus:

  Aktiva Lancar  
 Hutang Lancar

Tahun 2009            Rp16.186.024    X 100%    = 0.601864751
                             Rp26.893.125
                                                                       = 60.18% / 60.2%

Tahun 2010            Rp18.730.627    X 100%    = 0.914898662
                             Rp20.472.898
                                                                       = 91%

Analisis
Pada tahun 2009, current ratio PT Telkom Tbk 60.2% yang diperoleh dengan perbandingan akyiva lancar sebesar Rp16.186.024 dengan hutang lancar sebesar Rp26.893.125. Hal ini berarti setiap Rp 1,- , hutang lancar tidak dapat dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 0.602

Pada tahun 2010, current ratio perusahaan mengalami kenaikan dari 60.2% pada tahun 2009 menjadi 91% pada tahun 2010 yang diperoleh dari perbandingan aktiva lancar sebesar Rp18.730.627 dengan hutang lancar Rp20.472.898. Ini berarti setiap Rp1 , hutang lancar belom dapat dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 0.91

Quick Ratio
Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban finansialnya atas aktiva paling liquid.

Rumus:

Aktiva Lancar - Persediaan      X 100%
       Hutang Lancar

Tahun 2009           Rp16.186.024 - Rp128.025       X 100%      = Rp16.057.999   X 100%
                                     Rp26.893.125                                       Rp26.893.125
                                                                                              = 0.597104241
                                                                                              = 59.7% / 60%

Tahun 2010           Rp18.730.627 - Rp90.140         X 100%      = Rp18.640.487   X 100%
                                     Rp20.472.898                                        Rp20.472.898
                                                                                              = 0.910495768
                                                                                              = 91%

Analisis
Pada tahun 2009, quick ratio Pt Telkom Tbk 60% yang diperoleh dengan perbandingan quick asset sebesar Rp16.057.999 dengan hutang lancar Rp26.893.125. Hal ini berarti setiap Rp1, hutang lancar belom bisa dijamin oleh quick asset sebesar Rp0.6.

Pada tahun 2010, quick ratio mengalami kenaikan dari 60% pada tahun 2009 menjadi 91% pada tahun 2010 yang diperoleh dengan perbandingan quick asset sebesar Rp18.640.487 dengan hutang lancar Rp20.472.898. Ini berarti setiap Rp1, hutang lancar belom bisa dijamin quick asset sebesar Rp0.91


Cash Ratio
Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban finansial kas dan bank.

Rumus:

  Kas(Bank)             X 100%
Hutang Lancar


Tahun 2009          Rp 7.805.460     X 100%     = 0.290239977
                           Rp26.893.125                      = 29%

Tahun 2010         Rp 9.119.849      X 100%     = 0.445459602
                          Rp20.472.898                       = 44.5%


Analisis
Pada tahun 2009, cash ratio Pt Telkom Tbk sebesar 29% yang diperoleh dari perbandingan kas(bank) sebesar Rp7.805.460 dengan hutang lancar sebesar Rp26.893.125. Hal ini berarti setiap Rp1 hutang lancar dapat dijamin oleh cash asset sebesar Rp0.29

Pada tahun 2010, cash ratio Pt Telkom Tbk mengalami kenaikan dari 29% pada tahun 2009 menjadi 44.5% pada tahun 2010 , dengan perbandingan kas(bank) sebesar Rp9.119.849 dengan hutang lancar sebesar Rp20.472.898. Ini berarti setiap Rp1 , hutang lancar dapat dijamin oleh cash asset sebesar Rp0.445



Sumber:

Minggu, 14 April 2013

Yayasan Lindungan Konsumen Indonesia (YLKI)

1.1 Pengertian

Merupakan organisasi non pemerintah yang didirikan di Jakarta pada tanggal 11 Mei 1973.Tujuannya adalah memberi bimbingan dan perlindungan kepada masyarakat konsumen menuju kesejahteraan keluarga.Pada awalnya YLKI berdiri karena keprihatinan sekelompok masyarakat akan kegemaran masyarakat Indonesia dalam menikmati produk luar negeri.

Terdorong oleh keinginan agar produk dalam negeri dapat pula menempati hati masyarakat Indonesia,maka para pendiri YLKI menyelenggarakan aksi promosi berbagai jenis hasil industri dalam negeri.

1.2 Kegiatan YLKI      

Bidang kegiatan utama lembaga ini adalah perlindungan konsumen,  disamping bidang lainnya seperti kesehatan, air bersih dan sanitasi, gender, dan hukum sebagai penunjangnya. Bidang-bidang ini biasanya dilaksanakan dalam bentuk studi,penelitian, survai, pendidikan dan penerbitan, advokasi,seminar, pemberdayaan masyarakat konsumen, dan pengembangan pendampingan masyarakat.


1.3 Program YLKI
   
Sedangkan program yang telah dilakukan  adalah advokasi, penerbitan majalah, dan pemberdayaan perempuan.


1.4 Artikel Seputar Produk Dalam Negeri


Mahalnya Pangan Organik karena Biaya Sertifikasi yang Menjulang?  

Seiring dengan maraknya informasi mengenai gaya hidup sehat, trend konsumen pun semakin naik untuk bisa memilh makanan yang sehat. Untuk pangan kemasan, tuntutan mengenai informasi kandungan bahan makanan, nilai gizi, dan informasi tambahan lainnya dibuat pada label kemasan. Sekarang ini kewajiban terhadap kelengkapan informasi pada label sudah dikenakan pada produsen pangan kemasan.

Begitu juga dengan pangan segar sehat/organic. Trend kearah meningkatnya konsumsi pangan organic berkisar 20%. Beberapa alasan konsumen mengkonsumsi pangan organic diantaranya adalah kenginan untuk sehat, kemudian karena peduli pada lingkungan, dan peduli kepada petani organic. Jadi konsumen seperti ini mempunyai idealisme mengenai konsumsi berkelanjutan.

Tetapi konsumen juga mengalami beberapa kendala ketika hendak mengkonsumsi pangan segar seperti ini. Diantaranya adalah dari segi perbedaan harga yang terlalu tinggi, ketersediaan, kontinuitasnya dan yang paling penting lagi adalah informasi yang memadai mengenai pangan segar sehat ini.
Dari survey yang dilakukan oleh YLKI, perbedaan harga antara beras organic dengan beras biasa berkisar antara 1,5 hingga 4 kali lipat, tergantung retail tempat membeli. Ini memang masih jauh dari harapan konsumen kelas menengah yang menginginkan kalaupun terjadi perbedaan harga, paling tidak sekitar 20%. Kecuali bagi kelas atas konsumen (yang kira kira 20% dari penduduk Indonesia, atau sekitar 50 juta orang), harga tidak menjadi masalah, asal konsumen memiliki kesadaran gaya hidup sehat dan terinformasi dengan baik. Kesadaran ini yang masih perlu dibangun.

Tingginya harga pangan organic ini terutama karena biaya sertifikasi yang sangat mahal. Seorang petani menyebutkan bahwa bisa jadi biaya sertifikasi ini berkontribusi sebesar 60% dari harga pangan organic.

Kemudian, dari segi logo atau informasi di kemasan pangan organic, ini juga terdapat beberapa masalah. Diantaranya adalah klaim klaim sepihak dari produsen pangan organic ini yang sulit ditelusuri kebenarannya. Untuk hal ini diharapkan ketegasan pihak berwenang (pemerintah) dalam mengawasi peredaran pangan organic yang informasinya menyesatkan konsumen. Begitu juga peran retail dalam mengawasi produk pangan yang masuk ke jaringan distribusinya. Klaim palsu ini juga merugikan petani asli yang berkecimpung di pertanian organic.

Untuk mengatasi permasalahan diatas, Pemerintah juga diharapkan mempercepat regulasi soal organic ini, sehingga bisa segera dilaksanakan dilapangan. Beberapa regulasi yang berkaitan dengan Pangan Organik sudah ada. Seperti SNI atau Standar Nasional Indonesia mengenai Pangan Organik, kemudian juga ada Pedoman Pengawasan Pangan Organik, Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengenai pangan organic kemasan, dan Pedoman Pelabelan. Tetapi regulasi ini masih sebatas peraturan, belum dilaksanakan di lapangan.

Kemudian,  masalah sertifikasi tampaknya belum tuntas dibahas. Ada wacana dipemerintahan agar petani kecil diberi subsidi untuk memperoleh sertifikat organic, sebagai pengganti pupuk kimia bersubsidi. Tetapi ini masih belum jelas implementasinya seperti apa. Yang jelas, peran pemerintah sangat penting bagi mempercepat ketersediaan pangan organik ini yang terjangkau, kontinu dan terjamin bagi konsumen.

-  Ilyani S. Andang -


Menurut saya, Peralihan mengkonsumsi produk organik merupakan pilihan yang pintar karena untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Hal ini merupakan kegiatan preventatif. Dan seharusnya produk organik ini dapat dinikmati oleh semua kalangan, bukan hanya kalangan masyrakat menengah ke atas, teapi masyrakat kelas menengah kebawah untuk mencapai Masyarakat Indonesia yang sehat. Hal ini berkaitan dengan keprihatinan  kita terhadap petani organik skala kecil. Rancangan Peraturan Menteri Pertanian yang mengatur tentang sistem sertifikasi dan pelabelan produk organik yang sekutar (20-30 juta) dirasa berat oleh petani organik skala kecil, ini yang menyebabkan mengapa harga produk organik lebih mahal daripada non-organik. Solusinya adalah diperlukan tantangan pemerintah dan lembaga keuangan untuk membantu sertifikasi, perlu lebih banyak anggaran pemerintah.seperti memperhatikan petani skala kecil dengan memberikan subsidi atau berupa sertifikasi lain yakni Sistem Penjaminan Komunitas (SPK) sebagaimana yang ada di Brazil. 


Sumber :
http://www.organicindonesia.org/05infodata-news.php?id=438http://www.ylki.or.id/tantangan-konsumen-dalam-mengkonsumsi-pangan-organik.html





Pasar Modal

1.1 Pengertian

         Pasar Modal merupakan suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang baikhutang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dalam artian sempit, pasar modal merupakan suatu tempat (dalam artian fisik) yang beroorganisasi dimana surat-surat berharga (efek-efek)  diperdagangkan, yang kemudian disebut bursa efek (stock exchange). 
        Dana jangka panjang yang diperdagangkan tersebut diwujudkan dalam surat berharga. Jenis surat berharga dipasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun dan ada yang tidak memiliki jatuh tempo. Dana jangka panjang berupa hutang yang diperjualbelikan adalah obligasi(Bond). Sedangkan dana jangka panjang yang  merupakan modal sendiri adalah saham biasa dan saham preferen.
       

1.2 Jenis-Jenis Pasar Modal
   
Pasar Perdana
     Pasar untuk surat berharga yang baru diterbitkan.Dana berasal dari arus penjualan surat berharga(sekuritas) baru dari pembeli sekuritas(investor) kepada perusahaan yang menerbitkan(emiten). Proses penawaran efek  melalui pasar perdana adalah:
  1. Pengumuman dan pendistribusian prospektus
  2. Masa penawaran
  3. Masa penjatahan(Allotment)
  4. Masa pengembalian dana(Refund)
  5. Penyerahan efek dibursa
  6. Pencatatan efek dibursa efek. 

Pasar Sekunder
     Merupakan penjualan efek setelah pasar perdana berakhir. Uang yang berputar dalam pasar sekunder tidak lagi mengalir ke emiten tetapi hanya berpindah tangan dari pemegang efek satu keyang lainnya.


1.3 Instrumen Pasar Modal
 
Saham
      Tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perusahaan. Jenis saham menurut cara pengalihannya;
1. Saham Atas Unjuk(Brearer Stock).
    Tidak diterterakan nama pemiliknya untuk mempermudah pengalihannya. Jika saham itu hilang pemilik
    tidak bisa meminta gantinya.
2. Saham Atas Nama
    Di sertifikat ini dicantumkan nama pemiliknya, kalau sertifikat ini hilang pemilik bisa meminta gantinya.

Jenis saham menurut manfaatnya:

1. Saham Biasa
    Saham yang jumlah pembayarannya tidak pasti ,dimana jumlah dan devidennya tidak tetap, tetapi   \
    pemegang saham biasa memiliki hak suara dalam RUPS
2. Saham Preferen
    Saham yang pembayarannya dilakukan terlebih dahulu dalam pembagian devidennya,tetapi pemegang 
    saham ini tidak memiliki hak suara dalam RUPS.

Obligasi
Surat pengakuan hutang yang dikeluarkan oleh pemerintah, perusahaan, dan lembaga-lembaga lainnya yang memiliki kesanggupan dalam pembayaran dalam nominal dan bunga yang sudah disepakati.

Warrant
Surat berharga yang dikeluarkan perusahaan yang memberikan haknya kepada pemegangnya untuk membeli saham dengan syarat-syarat yang telah ditentukan terlebih dahulu. Syaratnya biasanya harga saham dan jumlah saham yang dibeli.

Right Issue
     Hak yang diberikan kepada pemilik saham biasa untuk membeli tambahan penerbitann saham baru.


1.4 Lembaga Pengelola Pasar Modal
  1. Badan Pembina Pasar Modal
         Tugas Pokok : 
  • Memberikan pertimbangan kebijakan kepada Menteri Keuangan dalam melaksanakan wewenangnya di bidang pasar modal berdasarkan UU NO.15 Tahun 1952 Tentang Bursa.
  • Memberikan pertimbangan kebijakan kepada Menteri Keungan dalam melaksanakan wewenangnya terhadap BUMN, PT(Persero) Danareksa sebagaimana yang dimaksut dalam Keppres No.52 Tahun 1976.
    2.  Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
         Tugas Pokok menurut Keppres No.53 Tahun 1990 Tentang Pasar Modal :
  • Mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga surat berharga dapat ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar,  dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat umum.
  • Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga Reksadana, Bursa Efek, Lembaga Kliring, Perusahaan Efek dan Perorangan, dan Lembaga Penunjang Pasar Modal.
    3.  Lembaga Penunjang Pasar Modal
         Berperan penting dalam mempertemukan emiten dengan pemodal dan menjalankan fungsinya
         diantara keduanya. Berdasarkan fungsinya dibagi menjadi 2:
  • Lembaga Penunjang Pasar Perdana, diantaranya Penjamin Emisi Efek, Akuntan Publik, Konsultan Hukum, Notaris. Sedangkan lembaga penunjang dalam emisi obligasi, yaitu Wali Amanat, Penanggung, dan Agen pembayar.
  • Lembaga Penunjang Pasar Sekunder, diantaranya Pedagang Efek, Perantara perdagangan efek, Perusahaan efek, Biro Administrasi efek, dan reksadana.

1.5 Manfaat Pasar Modal 

      Bagi Emiten :
  1. Jumlah dana yang dihimpun bisa berjumlah besar.
  2. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi lebih kecil.
  3. Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal perusahaan.
     Bagi Investor :
  1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi,Peningkatan ini tercermin pada meningkatnya harga saham yang menjadi capital gain.
  2. Memperoleh deviden bagi yang memiliki saham dan mendapatkan bunga tetap bagi yang memiliki obligasi.
  3. Memiliki hak suara dalam RUPS bagi pemilik saham biasa dan memiliki hak suara dalam RUPO
    Bagi Pemerintah  :
  1. Mendorong laju pembangunan
  2. Mendorong investasi
  3. Penciptaan lapangan pekerjaan
    Bagi Lembaga Penunjang :
  1. Menuju kearah profesional dalam memberikan pelayanan sesuai dengan bidang dan tugas masing-masing.
  2. Sebagai pembentuk harga dalam bursa pararel
  3. Likuiditas efek semakin tinggi.

1.6 Artikel Mengenai Keadaan Pasar Modal di Indonesia Saat Ini


Menkeu menegaskan pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjadi karena bursa regional mengalami hal yang sama karena situasi global, namun pemerintah melakukan upaya serta koordinasi untuk memonitor keadaan agar pasar surat utang tetap terjaga. Kita tidak hendaki ada pelaku-pelaku yang bisa membuat kondisi pasar modal kita, integritas dan kredibilitasnya terganggu. Bahwa market itu ada perubahan karena kondisi dunia, kita tentu sudah siap," ujar Menkeu.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, Ito Warsito menambahkan saat ini walau sempat terjadi koreksi, namun secara keseluruhan tahun IHSG dalam kondisi yang relatif baik. Saat ini investor domestik kita makin dewasa, makin pandai, sangat berbeda dengan 2008, ketika mereka panik investor asing berjualan. Itulah mengapa, indeks kita relatif cukup bagus," ujarnya.

Menurut dia, salah satu indikasi yang membuat situasi pasar modal Indonesia termasuk sehat adalah karena investor domestik yang semakin bertambah dalam dua tahun terakhir. Investor domestik kita bertambah 200.000 saham saja dalam dua tahun terakhir. Tidak termasuk reksadana, dan lain-lain. Itu sudah cukup jadi bemper pasar modal kita," ujarnya.

Selain itu, rata-rata transaksi investor domestik per hari saat ini mencapai 115.000 transaksi, meningkat pesat dibandingkan pada 2005 yang hanya mencapai 1.500 transaksi. Transaksi investor domestik mencapai 66 persen. Sekarang 2011 ini rata-rata harian transaksi itu sekitar 115.000 transaksi. Dibandingkan 2005, 1.500 transaksi. Itu sebetulnya salah satu indikasi investor domestik kita makin kuat," kata Ito.

Menurut Ito, ada beberapa hal yang menjadikan pasar modal kuat dan stabil yaitu fundamental ekonomi, stabilitas sosial politik, kemudian kinerja emiten yang bagus dan nilai tukar rupiah yang cenderung stabil. Ada beberapa pilar pasar modal kita, fundamental ekonomi yang didukung stabilitas sosial politik, kinerja emiten sekarang juga bagus, kemudian pilar pasar uang, nilai tukar rupiah sekarang stabil. Yang masih menjadi masalah tinggal sentimen dari luar," ujarnya.

Menurut saya, Keadaan pasar modal di Indonesia sehat dikarenakan investor domestik yang semakin bertambah dalam dua tahun terakhir sekitar 200.000 saham seperti yang diterterakan diatas serta transaksinya dari tahun ketahun meningkat hingga pada tahun 2011 mencapai 115.000 transaksi. Keadaan yang sehat ini harus kita jaga dan kelola dengan baik. Agar kita dapat menghadapi krisis finansial yang ada di Eropa. Hal ini juga berpengaruh terhadap pertumbuhan Indonesia, karena Pasar Modal merupakan indikator dalam menentukan suatu negara maju atau tidak. Semakin maju suatu negara , perputaran uang (Pasar Modal) didalam negeri semakin banyak/baik.


Sumber:
Martono dan Agus Harjito. 2011. Manajemen Keuangan.Yogyakarta: Ekonisia.
http://www.pesta.blogger-indonesia.com/2011/10/memastikan-kondisi-pasar-modal.html